Thursday, April 24, 2014

Tentang Turkish Language Summer Course



Halo!

Kali ini gue mau share tentang pengalaman ikut Turkish Language Summer Course (TLSC) dari pemerintah Turki tahun 2011 lalu. Kenapa tiba-tiba? Karena sekarang aplikasi summer course untuk tahun 2014 lagi buka. Berhubung beberapa temen udah mulai nanya tentang dulu prosesnya gimana, jadi mending sekalian di share disini aja kali ada yang mau tau juga *gaya. Tapi semua yang gue post disini belum tentu bener ya, berdasarkan pengalaman pribadi aja.

Sebelum cerita, gue informasikan dulu kalau untuk tahun ini pendaftaran di buka di website http://turkiyeburslari.gov.tr. Info summer course bisa klik di bagian Türkçe Yaz Okulu 2014. Pendaftarannya di buka mulai tanggal 16 April – 4 Mei 2014. Monggo dicek.

Jadi, gue punya ketertarikan pada Turki dikarenakan banyak warganya yang tampan mempesona. Haha. Nah karena di fakultas gue ada kelas pilihan Bahasa Turki Dasar, maka gue ambil kelas itu selama satu semester (tahun 2010). Dosen di kelas itu menginformasikan kalau ada program TLSC 2010 untuk belajar bahasa Turki di kota-kota besar Turki. Langsung cus gue berniat mendaftar. Salah satu syarat utamanya adalah Passport. Berhubung gue belum punya, jadi gue ceritanya mau bikin dulu di hari -sebut saja- Kamis. Malang tak dapat ditolak, hari Rabu tepat SEHARI sebelum pembuatan Passport, dompet dan HP gue DICURI orang di mesjid pula. Haduh. KTP otomatis hilang, dan bikin passport gabisa tanpa KTP. Setelah mengestimasi sisa waktu untuk bikin KTP lalu bikin Passport, sudah dipastikan waktunya ga sempet. Deadline nya tinggal sekitar seminggu lagi kalau ga salah.


Administrasi

Setelah nangis bombay gajadi daftar ke Turki, akhirnya gue memantapkan hati untuk mendaftar di tahun depannya, 2011. Nah karena ada jeda setahun ini menurut gue sih bikin gue lebih well-prepared ya. Karena emang udah nunggu setaun, jadi gue ga ketinggalan berita untuk daftar TLSC, lebih update tentang pengalaman orang-orang sebelumnya, dan juga nyiapin dokumennya. Dokumen yang mesti disiapin itu:
1. Passport
2. Translate ijazah. Dulu gue pake ijazah SMA. Nah untuk translatenya udah gue siapin dari jauh hari di website http://translateku.com. Setau gue itu udah sworn translater, entah dulu gue dapet rekomendasi darimana. Tapi yang jelas sih translate ijazah gue diterima.
3. Hasil medical check-up. Kayanya gausah yang lengkap banget. Kayanya yaa. Gue sih dulu darah, urin, x-ray aja dan bisa.

Hmm yang butuh 'waktu' pengerjaanya cuma itu aja sih. Sisanya isi form aja.

Menurut gue pribadi sih ya, dulu info program ini tuh ga jelas karena kita masih harus telepon ke embassy nanya perintilannya. Ga ada website khusus yang menginformasikan program ini. Gue bahkan lupa dulu liat di websitenya apa T.T tapi kalau ga salah sih langsung dari web kedutaan Turki. Dan ga ada daftar online gitu, harus langsung dateng ke kedutaan Jakarta (salut sama geng Unpad Unpar ITB yang bolak-balik dari Bandung :p).
 
Setelah semua dokumen gue siapin, gue berangkat ke kedutaan barengan temen sejoli yang daftar juga, Mira. Tapi kedatangan pertama kita ditolak di pos satpam, karena katanya form yang kita isi hasil download dari web, sedangkan pos satpam udah punya format form yang beda. Yowes gue ambil lalu balik lagi ke Depok. Nah setelah semuanya lengkap, gue balik lagi kesana dan kasih aplikasi kita kesana. Katanya nanti dikabari kalau lolos untuk interview. Selain bareng Mira, gue juga bareng dua orang senior satu jurusan.

Interview

Beberapa hari atau minggu ga ada kabar, kakak senior gue telepon ke embassy. Setelah kita telepon barulah kita di invite interview. Ini entah karena kebetulan waktunya pas atau karena kita nelepon jadi diundang interview?

Lalu kita di interview di kedutaan. Disana gue ketemu sama seorang senior dari FE dan ada satu kenalan baru anak IPB. Kita berenam ngobrol-ngobrol sambil nunggu giliran. Interview nya in english tapi ga menakutkan dan ga sulit juga dibandingin wawancara kerja gitu. Santai aja bawaannya. Dan bukan macem in-depth interview, paling 15-30 menit doang. Gue ditanya apa yang kamu tau tentang Turki, terus maksud Turki negara sekuler itu gimana, terus mau ga kalau disana disuruh buka jilbab (karena sekuler). Ya gue ngeles aja bilang itu bisa diatasi ko bu pake pashmina gaya atau pake apalah, tapi gue ga bilang mau haha (pada akhirnya ga ada ko larangan pake jilbab, tenang ajaa). Ada juga senior yang ditanya kamu setuju demonstrasi ga. Ya mungkin terserah interviewernya mau nanya apa :p Dan TLSC ini kan harus nanggung tiket sendiri ya, jadi ditanya juga siap ga bayar tiket. Gue bilang iya-iya aja padahal boro-boro, ngumpulin atau nanya orang tua aja belum. Salah satu senior gue ada yang emang niat banget ikut TLSC dan emang tinggal di asrama Turki di Depok. Dia udah bisa bahasa Turki dan sempet ngobrol sama interviewernya pake bahasa Turki. Kita-kita yang awam ini cuma bisa jiper ajaa.

Laluu, sekitar 2 minggu kalau ga salah, pengumuman dikirim ke email. Dan Alhamdulillah lolos! Gue, Mira, dan senior FE diterima, tapi entah kenapaa itu senior gue yang jago bahasa Turki ga lolos. Kenapa kenapa?? Dan senior satu lagi ga lolos juga :( Entahlah itu masih misteri sampe sekarang. Yang jelas ini pengumuman mepet banget sama tanggal keberangkatan, cuma 10 hari sebelumnya. Mau ngajuin sponsor tiket udah mepet banget. Tapi gue, Mira, Nanta (senior FE) tetep bikin proposal kebut (ceritanya sebagai wakil UI biar lebih mudah :p) dan disebar seadanya ke perusahaan yang kira-kira potensial. Tapi belum sempet ada respon positif, kita harus nentuin berangkat atau ngga, karena kalau ga buru-buru tambah mahal tiketnya. Akhirnya kita sepakat untuk memaksakan minta uang orang tua T.T dapet bantuan kampus juga sih 2 juta kalau ga salah. Tiket bolak-balik dapet 8,7an naik Qatar.

Tapi percayalah uang itu bisa dicari lagi tapi pengalaman disana belum tentu bisa kita dapetin di kesempatan lain. Selama di Turki, kita bakal dapet uang bulanan dari pemerintah yang cukup untuk biaya hidup (makan dan transport). Jadi semacam dapet gaji bulanan gitu karena kita harus ambil uangnya ke bank. Yah kalau mau jalan-jalan ya harus pinter-pinter nabung :p Dan kita juga dikasih asrama untuk tinggal kok. Gue dan Mira, secara kebetulan dan kayanya emang jodoh, dapet penempatan bareng di kota Antalya. Dari Indonesia ada sekitar 16 orang yang disebar di 5 kota (Istanbul, Ankara, Antalya, Izmir, Bursa). Antalya itu macem Bali nya gitu kali ya, banyak pantai banyak turis tapi paling jauh dibanding kota-kota lain.

Aduh jadi pengen cerita selama dua bulan full disana ngapain aja haha. Tapi karena ntar jadinya panjang banget, di pending aja mungkin bisa di post di kesempatan lain. Yang jelas sih seruuuu banget :) kita belajar bahasa, belajar budaya mereka, banyak nambah temen baru, pengalaman baru, pemandangan baru (abang-abang tukang jualan burger aja ganteng-ganteng amat). Yang jelas, untuk yang masih ragu daftar atau ga, daftar aja! Jangan mikir yang lain dulu, ribet nya lah, tiketnya lah, yang penting keterima dulu aja masalah lain dipikirkan kemudian *motto pribadi.


Perbedaan TLSC Dulu dan Sekarang

Nah jadi, dari sebelum 2011 format pendaftaran TLSC masih sama. Tapi sejak 2012 gue perhatiin itu udah semacam lebih profesional. Jadi banyak pertanyaan temen-temen yang gabisa gue jawab karena dulu gue ga mengalami itu :‘( Berikut beberapa perbedaannya:

1. Dulu (2011) kita daftar dan lain-lain langsung ke kedutaan. Ga ada pendaftaran online. Nah sekarang infonya dan pendaftarannya bisa lebih mudah dilakukan melalui web turkiyeburslari yang gue sebut di atas. Dulu ita ga ada kontak dengan Yunus Emre jadi kita gatau Yunus Emre itu ngapain, karena kita kontak dengan kedutaan dan langsung ke lembaga TÖMER nya (tempat les bahasa kita disana). Oya, sejak dipegang Yunus Emre, untuk beasiswa S1, S2, S3 nya jadi lebih enak, dapet tiket ditanggung juga sama mereka. Kalau dulu ga :)

2. Sekarang ga diminta hasil medical check-up di syarat administrasi awal, gatau kalau nanti di akhir ya.

3. Dulu ga harus punya dasar bahasa Turki, tapi sekarang (kalau ga salah baca sih) harus minimal A1. Kalau mengacu ke Common European Framework of Reference atau CEFR (yang belajar bahasa Eropa pasti ngerti nih), A1 itu berarti mampu melakukan percakapan, tulis, dan baca untuk kegiatan sehari-hari seperti pengenalan diri, keluarga, dan semacam mampu isi formulir data diri pribadi. Karena agak susah nemu orang Turki bisa bahasa Inggris, kecuali di Istanbul sih.

4. Dulu ga harus ngasih sertifikat TOEFL.

Nah sekian dulu deh, maaf ya kalau gabisa membantu karena emang udah beda format juga sama sekarang haha. Tapi kalau mau nanya atau apapun hubungi aja.




Salam hangat!
Cheers.


Monday, April 21, 2014

Will it still be a dream?



Last month, I met again with an old friend of mine from Germany, Anja. She visited Indonesia this year for the second time, but this time she came with her boyfriend, who is so attractive :p. How cute they are! To make it short, we had a really fun little reunion. She knows that I’m eager to go to Germany and keep asking me when will I go -_- and by any chance, she suddenly remembered a 2 weeks Summer Academy held in Germany which offers a scholarship and ask me to apply. Yuhuu, definitely excited!

Unfortunately the deadline was in the same day with my other deadlines which was also important (to fulfill job recruitment form, lol). Since I’m a lifetime procrastinator, I couldn’t make it in time. I missed the deadline. Then again, Anja told me it was 12 PM German time which means 5 AM Indonesian time.  Ah so true! So, with the 5 hours left before the deadline, I tried my best to write the essay and fill the form. Not trying to be conceited but I didn’t find it hard to write the essay since the theme of the summer academy is Intercultural! Oh Gosh I couldn’t be more excited! I’m interested in those kinds of issues and it was also the issue I used for my final scientific journal; cultural identity. One more thing, I’ll celebrate my birthday there if I’m going!

Couple days ago, I got a long awaited reply in my email. It was the announcement and..… thank God I’m accepted! But it was not as beautiful as I expected. I got only partial-scholarship which means I still have to pay half of the participation fee. It’s exclude the airfare and accommodation. Whoa, how many do I have to pay in total? Like thereabouts 1000? I don’t have parents like Richie Rich’s :p

So instead of giving confirmation, I sent them an email to bargain if they could consider me as a full-scholarship holder. I propose to write a report, article and bla bla when I return to Indonesia. And you know, this time I don’t mind to spend my own expense for the return flight ticket, even though it’s only for 2 weeks! I’m about to invite you to go back to my previous experience.




In 2012, I was accepted being successful participant among other students worldwide (halah) to attend an International Student Festival held in Greifswald, Germany. I was so excited back then. Can you imagine, a German Studies student who finally got a chance to go to Germany? There was no such as participation and accommodation fee. It was all provided! Except, return flight ticket. I was accepted together with my ‘soulmate’ Mira. To cover the flight ticket, we decided to write a proposal to look for a scholarship. We started it from zero, we wrote word by word, we spread the proposal to companies, and so on. We prepared to apply for the visa as well.


Mira told me that she is not going if we get no fund. But for me, I was still confused about going or not. As parents, of course my mom and dad asked me to go and they will buy the ticket. But that was the problem for me and Mira, we don’t want to ask more money from our parents as we have just asked money for flight ticket we needed in the previous year. We know it wasn’t a little money.

Each day we became closer to the D day. We had to decide either we go or not. Considering many aspects finally we decided NOT to go. The main reasons were:

1. We got no successful response regarding our proposal

2. We missed the chance to apply for the Visa. It’s another long story, but for short: I input wrong passport number and made me failed to apply for visa and there’s no time left to re-arrange the new one.
  


Wushhh~ the dream to go to Germany just go with the wind. Years after, I have just realized that money is not as important as the experience I would get, IF I HAD GONE THERE. As long as we have the money to spend, use it! We’ll never run out of money (I mean like there’re thousand ways to get money, although we have to estimate as well). Money will always come to us, unlike a chance.

So learning from that experience, I decided to take this chance if I got the full-scholarship. It’s not worth to go if I still have to pay a big amount of money (with the partial-scholarship) because I have to estimate my life when I come back and afterwards. So will I be going this time, or it will, still, be a dream? Wish me luck :)

Monday, April 14, 2014

Again, My other Promise(s)

Been.… a year and half since the last post? Cool :p I have actually tried to write, yet it ended up in draft folder, since many of them just half-way finished. I found it exciting to write my thoughts down, but I prefer writing on book or diary to a blog. Unlike other 22-almost-23-years-old girls, I still have my diary until now (in 2014, instead of a ‘cute’ diary, I write on an old-fashioned-agenda given by my bf. Sort of our grandpa’s book :p).

But I made a change (starting) now. I do really want to constantly write on blog since I have just been enlightened by reading a very inspiring blog, which is sooo simple but ‘touched’. I’m inspired by the way she writes, so smooth. She wrote about, yeah, daily life she has experienced, but it’s really worth to read. Sometimes I feel like ‘Ah I’ve been there!’, I got lessons from what she did on a certain situation as well. She made me on fire :D I want that too I want that too! I wanna share my experiences that MIGHT BE useful for somebody! Who knows?

Sooo, here I am now! Writing at 3.00 AM whereas I need to wake up tomorrow at 7 (the latest) to attend a 'campus recruitment' (viva jobseeker!). I have just turned off my laptop like 10 minutes ago, but I know I have to start writing NOW or it’ll be ended up, again, in draft folder (draft folder in my mind, to be exact). Haha I can’t endure myself from writing even though I know it isn't the right time -.-

I hope I’ll be heading toward my decision to continuously write from now on! Yeah! Lebay. I will recall my experiences back then and try to form that into a beautiful writing. One more thing, it’s the first time I made my blog ‘public’ since the first time I made this, I was just not confident if somebody is able to read this, I WAS afraid if it’s not good enough, if I wrote in amateur English and made grammatical error, or simply if people won’t like it or will judge me. It doesn't matter now, anyway. I’ll act as if I were a famous-brilliant writer B-)

Night (maybe morning) people!